Sabtu, 06 Oktober 2007

Gadis gadis kecilku

Cerita ini bermula ketika aku berumur 34 tahun, aku waktu itu sudah bekerja sebagai bagian umum di sebuah perusahaan CV, penghasilanku lebih dari cukup. Apapun bisa kupenuhi, hanya satu yang belum dapat kuraih, yaitu kebahagiaan keluarga, atau dengan kata lain punya istri dan punya anak. Aku hidup sebagai bujangan, kadang untuk memenuhi hasrat biologisku, aku mencari cewek yang kesepian.

Ketika itu aku masih kerja di kota T, kota yang ramai dan cukup semerawut tantanan kotanya, sebab di kota T itulah aku bekerja. Aku kost di rumah seorang ibu muda dengan satu anak gadisnya. Sebut saja ibu muda itu adalah Tante Linda, dan anak gadisnya yang masih 12 tahun usianya dan duduk di bangku SMP kelas 1, namanya Lia. Suami Tante Linda, sebut saja Oom Frans bekerja di ibukota, di suatu instansi pemerintah, dan mempunyai jabatan strategis. Setiap 2 minggu sekali, Oom Joko pulang ke kota T, aku sendiri cukup akrab dengan Oom Frans, umurku dengannya tidak terlalu terpaut jauh. Oom Frans aku taksir baru berumur sekitar 35 tahun, sedangkan Tante Linda justru lebih tua sedikit, 37 tahun. Aku menyebut mereka Oom dan Tante, sebab walaupun beda umur antara aku dan mereka sedikit, tetapi mereka sudah berkeluarga dan sudah punya seorang anak gadis.

Tante Linda merupakan seorang sekretaris di sebuah perusahaan otomotif di kota B yang jaraknya tidak begitu jauh dari kota T. Tante Linda berangkat pagi dan pulang malam, begitu seterusnya setiap harinya, sehingga aku kurang begitu dekat dengan Tante Linda. Justru kepada anak gadisnya yang masih SMP yang bernama Lia, aku merasa dekat. Sebab pada hari-hari kosongku, Lia lah yang menemaniku.

Selama tinggal serumah dengan Tante Linda dan anak gadisnya, yaitu Lia, aku tidak pernah berpikiran buruk, misalnya ingin menyetubuhi Tante Linda atau yang lainnya. Aku menganggapnya sudah seperti kakak sendiri. Dan kepada Lia, aku juga sudah menganggapnya sebagai keponakanku sendiri pula. Sampai akhirnya ketika suatu hari, hujan gerimis rintik-rintik, pekerjaan kantor telah selesai aku kerjakan, dan saat itu hari masih agak siang. Aku malas sekali ingin pulang, lalu aku berpikir berbuat apa di hari seperti ini sendirian. Akhirnya aku putuskan meminjam kaset VCD Blue Film yang berjudul "sex is blind" ke rekan kerjaku. Kebetulan dia selalu membawanya, aku pinjam ke dia, lalu aku cepat-cepat pulang. Keadaan rumah masih sangat sepi, sebab Lia masih sekolah, dan Tante Linda bekerja. Karena aku kost sudah cukup lama, maka aku dipercaya oleh Oom Frans dan Tante Linda untuk membuat kunci duplikat. Jika sewaktu-waktu ada perlu di rumah, jadi tidak harus repot menunggu Lia pulang ataupun Tante Linda pulang.

Aku sebetulnya ingin menyaksikan film tersebut di kamar, entah karena masih sepi, maka aku menyaksikannya di ruang keluarga yang kebetulan tempatnya di lantai atas. Ah.. lama juga aku tidak menyaksikan film seperti ini, dan memang lama juga aku tidak ML (making love) dengan wanita malam yang biasa kupakai akibat stres karena kerjaan yang tidak ada habis-habisnya.

Aku mulai memutar film tersebut, dengan ukuran TV Sony Kirara Baso, seakan aku menyaksikan film bioskop, adegan demi adegan syur membuatku mulai bernafsu dan membuat Tititku berontak dari dalam celanaku. Aku kasihan pada adik kecilku itu, maka kulepaskan saja celanaku, kulepaskan juga bajuku, sehingga aku hanya menggunakan kaos singlet ketat saja. Celana panjang dan celana dalamku sudah kulepaskan, maka mulai berdiri dengan kencang dan kokohnya Tititku yang panjang, besar dan berdenyut-denyut. Aku menikmatinya sesaat, sampai akhirnya kupegangi sendiri Tititku itu dengan tangan kananku. Mataku tetap konsentrasi kepada layar TV, melihat adegan-adegan yang sudah sedemikian panasnya. Seorang kakak cowok yang bodoh itu sedang diajari oleh cewek keponakannya sendiri untuk memasukkan Tititnya itu ke lubang Memek si cewek.

Titit yang dari tadi kupegangi, kini telah kukocok-kocok, lambat dan cepat silih berganti gerakanku dalam mengocok. Setelah sekian lama, aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan cairan mani yang ingin keluar.

Lalu,"Ahh... crrrottt.. cccroottt...,"

aku sudah menyiapkan handuk kecil untuk menampung cairan mani yang keluar dari lubang Tititku. Sehingga cairan itu tidak muncrat kemana-mana. Ternyata tanpa sepengetahuanku, ada sepasang mata melihat ke arahku dengan tidak berkedip, sepasang mata itu rupanya melihat semua yang kulakukan tadi. Aku baru saja membersihkan Tititku dengan handuk, lalu sepasang mata itu keluar dari persembunyiannya, sambil berkata kecil.

"Oom Angga..., lagi ngapain sih...,
"kok main-main titit begitu...,
"emang kenapa sih?" kata suara kecil mungil yang biasa kudengar.

Bagaikan disambar geledek di siang hari, aku kaget, ternyata Lia sudah ada di belakangku. Aku gugup akan bilang apa, kupikir anak ini pasti sudah melihat apa yang kulakukan dari tadi.

"Eh, Llliiiiaaa.. baru pulang?" sahutku sekenanya.
"Iya nih Oom, ngga ada pelajaran." tukas Lia, lalu Lia melanjutkan perkataannya, "Oom Angga..., "Lia tadikan nanya, Oom lagi ngapain sih, kok mainin titit gitu?"
"Oohh ini..," aku sudah sedikit bisa mengontrol diri, "Ini.. Oom habis melakukan olahraga , Lia."
"Ooohh.. habis olahraga yaaa..?" Lia sedikit heran.
"Iya kok.. olahraga Oom, ya begini, sama juga dengan olahraga papanya Lia."jawabku ingin meyakinkan Lia.
"Kalo olahraga Lia di sekolah pasti sama pak guru Lia disuruh lari." Lia menimpali.
"Itu karena Lia kan masih sekolah, jadi olahraganya harus sesuai dengan petunjuk pak guru." jawabku lagi.
"Oom, Lia pernah lihat papa juga mainin titit persis seperti yang Oom Agus lakukan tadi, cuma bedanya papa mainin tititnya sama mama." Lia dengan polosnya mengatakan hal itu.
"Eh, Lia pernah lihat papa dan mama olahraga begituan?" aku balik bertanya karena penasaran.
"Sering lihat Oom, kalo papa pulang, kalo malem pasti melakukannya sama mama." ujar Lia masih dengan polosnya menerangkan apa yang sering dilihatnya.
"Seperti ini yaa..?" sambil aku menunjuk ke cover gambar film "sex is blind" gambar seorang kakak cowok dengan memasukkan Tititnya ke lubang Memek adik cewek keponakannya.
"Iya Oom, seperti apa yang di film itu lho!" jawab Lia,
"Eh.. Oom, bagus lho filmnya, boleh ngga nih Lia nonton, mumpung ngga ada mama?"
"Boleh kok, cuma dengan syarat, Lia tidak boleh mengatakan hal ini sama papa dan mama, oke?" aku memberi syarat dengan perasaan kuatir jika sampai Lia cerita pada mama dan papanya.
"Ntar Oom beliin coklat yang banyak deh." janjiku.
"Beres Oom, Lia ngga bakalan cerita ke mama dan papa." dengan santai Lia menjawab perkataanku, rupanya Lia langsung duduk di sofa menghadap ke TV.

Kuputar ulang lagi film "sex is blind" tersebut, dan Lia menontonnya dengan sepenuh hati, adegan demi adegan dilihatnya dengan penuh perhatian. Aku sendiri termenung menyaksikan bahwa di depanku ada seorang gadis kecil yang periang dan pintar sedang menonton blue film dengan tenangnya. Sedangkan aku sendiri masih belum memakai celanaku, ikut melihat lagi adegan-adegan film "sex is blind" itu, membuat Tititku tegang dan berdiri kembali, kubiarkan saja. Lama kelamaan, aku tidak melihat ke arah film "sex is blind" itu, pandanganku beralih ke sosok hidup yang sedang menontonnya, yaitu Lia.

Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali ngentot dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang Memek Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar Memek imutnya Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar. Tidak terasa, selesailah film tersebut. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.

"Oom..., tuh tititnya berdiri lagi." kata Lia sambil menunjuk ke arah Tititku yang memang sedang berdiri.
"Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?" jawabku santai.
"Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih." Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.
"Pertanyaannya apa?" tanyaku.
"Kenapa sih..., kalo olahraga gituan harus masukin titit ke... apa tuh, Lia ngga ngerti?" tanya Lia.
"Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang Memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?" jawabku menerangkan.
"Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama." Lia membenarkan jawabanku.
"Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk untuk cowok dan cewek." kataku memberi penjelasan ke Lia.
"Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?" tanya Lia lagi.
Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.
"Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa." jelasku.

Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.

"Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak." tambahku.
"Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis."

Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.

"Emang gitu kok. Ee..., mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?" aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona Memeknya Lia, pastilah luar biasa.

"Ayolah Oom...!" Lia mengiyakan.

Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan Tititku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi Tititku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.

Kusuruh Lia untuk membuka seluruh seragam sekolahnya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa adik ceweknya yang di flim tadi itu juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos singlet putih dan celana dalam putih saja.

Di balik kaos dalamnya yang cukup tipis itu, aku sudah melihat dua benjolan yang baru tumbuh putting susu kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup berwarna merah jambu, bersih, dan mulus membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari setiap cewek kesepian yang aku entotin , rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.

Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Bibir Memeknya yang bersih, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya.

"Oom..., udah semua nih, udah siap nih Oom."

Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.

"Oke..., sekarang kita mulai yaaa...?"

Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang Memeknya dan menyetubuhinya siang ini.

Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.
Setelah puas aku menciuminya,

"Lia, boleh ngga Oom mimi itunya Lia?" tanyaku meminta.
"Tapi Oom, payudara Lia kan belon sebesar seperti punya mama." kata Lia sedikit protes.
"Ngga apa-apa kok Lia, buah dada segini malahan lebih enak." kilahku meyakinkan Lia.
"Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja." jawab Lia akhirnya memperbolehkan.
"Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara." jawabku lagi.

Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kuemut dengan lembuts, kujilat-jilat, sedangkan puting susu yang satunya lagi kuemut-emut kecil sambil sedikit di hisap.

"Oom..., kok enak banget nihhh... oohhh... enakkk..." desah Lia keenakan.

Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke Tititku.

"Lia, mainin dong tititnya Oom Angga." aku meminta Lia untuk mengurut-urut Tititku.

Lia mematuhi apa yang kuminta, Lia mulai memainkan Tititku sambil mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih lugu dan polos, sampai akhirnya aku justru merasa kenikmatan yang lain akibat kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat Memek Lia yang merekah. Tadinya Memeknya itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah iti/klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, Memeknya berwarna merah jambu tanpa ada jembut ( rambut kemaluan ), dan yang terutama, lubang memeknya Lia yang masih sangat sempit.

Jika kuukur, hanya seukuran ibu jari lubangnya.
Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan kujilat Memeknya Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapan lembutku di Memeknya. Kujilat itil/klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.

"Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn..." pinta Lia.

Aku meneruskan menghisap-hisap Memeknya Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.

"Oommm... eeeghhh... Lia mau pipis nich..."
"Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin pipis.
"Tahan dikit Lia... tahan yaaa..."

sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap Memeknya.

"Udah ngga tahan nich Oommm... aahhh..."

Tubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya. Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang Memeknya merembes keluar cairan kental berwarna putih yang cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.

"Oohhh... Oom Angga... "Lia merasa lemes dan enak sekali...
"tadi itu apa sih yang barusan Lia alami, Oom...?" tanya Lia disela-sela sisa kenikmatan yang dia alami barusan.
"Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?" tanyaku.
"Iya.. iya.. pingin Oom..." jawabnya langsung.

Aku rasa Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminum 1/4nya. Karena sebentar lagi, aku akan membawa si Lia ke dalam kenikmatan surgawi di lubang Memeknya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar. Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.

"Lia... tadi Lia sudah mencapai puncak kenikmatan yang pertama, dan masih ada satu puncak kenikmatan lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?" bujukku.
"Iya Oom, mau dong..." Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.
"Ini nanti bukan puncak kenikmatan Lia saja, tetapi juga puncak kenikmatan Oom Angga juga, ini finalnya Lia" kataku lagi menjelaskan.
"Final?" Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.
"Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi." akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.

"Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh?
"Lubang memek Lia kan sempit, sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu..." Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.
"Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?" pintaku lagi.
"Iya deh Oom..."

Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya. Kuarahkan Tititku ke lubang Memek Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang kenikmatannya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot Tititku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, Tititku bisa masuk, Lia melenguh dan mendesah-desah karena merasakan geli. Aku menyuruhnya untuk menikmatinya. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk menambah kenikmatan, selanjutnya kutekan kuat-kuat.
"Blusss..."
Lia menjerit cukup melenguh panjang,
"Ooommm... tititnya sudaaahhh masuk... kkaahhh?"
"Udah sayang... enak ya..." kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.
Aku mundurkan Tititku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir Memeknya Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan keenakan. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang Memeknya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat.

"Ahhh... " inikah kemaluan perawan gadis imut. "

Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya. Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kuemut dengan lembut, bibir Lia aku ciumin, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala Tititku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surganya Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di Tititku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.

Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku.
Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang Tititku.

Aku menegang hebat,"Crruttt... crruttt..."

Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam Memeknya Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut Tititku yang masih tegang dari Memeknya Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan Memeknya dengan mulutku dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.

Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa nyut-nyut enak di Memeknya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Frasns dan Tante Linda.

Kira-kira sudah berjalan setengah tahun lamanya, Lia sudah sangat pintar untuk ukuran gadis seusianya dalam melakukan olahraga senggama/ngentot/hubungan seks. Aku pun sangat memanjakannya, uang yang biasa kuterima dari cewek kesepian yang butuh kenikmatan seks, kuberikan ke Lia. Untuk menghindari kecurigaan orang tuanya, uang itu kubelikan hal-hal yang Lia suka, seperti makanan, mainan dan masih banyak lagi.

Sekarang Lia sudah kelas 2 SMP, naik kelas dengan nilai yang bagus, apa yang kulakukan dengan Lia tidak mempengaruhi belajarnya. Inilah yang membuat aku semakin sayang, dan sampai suatu saat, Tante Linda diharuskan pergi beberapa hari lamanya ke ibu kota untuk menemani Oom Frans menghadiri resepsi-resepsi pernikahan dari rekan-rekan kerja Oom Frans yang kebetulan berurutan tanggalnya. Aku ditinggal berdua di rumah dengan Lia, memang sudah terlalu biasa, sedikit bedanya adalah sekarang sudah super bebas, tidak mengkhawatirkan kalau-kalau Tante Linda pulang dari kerja.

Lia pernah menjanjikan kepadaku akan membawa teman-teman akrabnya main ke rumah untuk diajarkan olahraga senggama/hubungan seks alias ngentot. Dan saat yang tepat adalah sekarang, dimana Tante Linda tidak akan ada di rumah untuk beberapa hari, dan Lia juga mulai libur karena kelasnya dipakai untuk testing uji coba siswa kelas 3. Sangat kebetulan sekali kalau hari ini sabtu, sekolah Lia pulang sangat awal dikarenakan guru-guru sibuk menyiapkan bahan untuk testing uji coba siswa kelas 3. Lia telpon ke kantorku, menanyakan apakah aku bisa pulang cepat atau tidak. Lia juga mengatakan kalau dia membawa teman-temannya seperti yang telah dijanjikannya.

Kontan saja mendengar kabar itu, aku langsung ijin pulang. Sebelum pulang ke rumah kusempatkan mampir ke apotik untuk membeli sejumlah obat-obatan yang kuperlukan nantinya, aku ingin penantian yang begitu lamanya, di hari ini akan terlaksana.

Sesampainya di rumah, benar saja, ada tiga gadis teman akrab Lia, mereka semua cantik-cantik dan imut, Tidak kalah dengan keluguan dan keimutan Lia. Gadis pertama bernama Anna, wajahnya cantik, hidungnya mancung, rambutnya lurus potongan pendek, tubuhnya tidak terlalu kurus, senyumnya selalu menghiasi bibirnya yang sensual, payudaranya kelihatan belum tumbuh akan tetapi satu yang membuat aku heran, dari benjolan bajunya, kutahu kalau itu puting susunya Anna, sepertinya lumayan besar. Tetapi masa bodo, yang penting miliknya bisa dinikmati. Anna ini sepertinya feminim, wow, kuat juga nih senggamanya, pikiran kotorku muncul mendadak.

Lalu gadis kedua bernama Yulia, wajahnya mirip Lia, hidungnya mancung, rambutnya lurus panjang sebahu, agaknya lumayan pendiam, tubuhnya sedikit lebih besar dibandingkan dengan Lia dan Anna, payudaranya sudah sedikit tumbuh, terlihat dari permukaan bajunya yang sedikit membukit, lumayan bisa buat diremas-remas, sebab tanganku sudah lama tidak meremas payudara montok.

Gadis yang ketiga, inilah yang membuatku terpana, namanya Devi. Ternyata Devi ini masih keturunan India, cantik sekali, rambutnya pendek, hidungnya sangat mancung, dan sepertinya sedikit cerewet. Tubuhnya sama dengan Lia, kecil dan imut, payudaranya kurasa juga belum tumbuh. Sekilas, puting susunya saja belum terlihat.

Aku pulang tidak lupa dengan membawa oleh-oleh yang sengaja kubeli, aku manjakan mereka semua sesuai dengan pesan Lia. Teman-temannya ingin melihat olahraga senggama/ngentot yang sering Lia lakukan. Lia memang sedikit ceroboh, membocorkan hal-hal seperti ini, tetapi Lia menjamin, karena ketiga gadis itu adalah sahabat sejatinya.

Singkat waktu, malam pun tiba. Ketiga gadis teman Lia itu sudah berencana untuk menginap di rumah Lia, sebab besoknya adalah minggu, alias libur, seninnya juga masih libur dan lagi mereka pun sudah ijin kepada orang tuanya masing-masing untuk menginap di tempatnya Lia, alasannya menemani Lia yang ditinggal mamanya ke luar kota.

Pertama sekali, aku diperkenalkan Lia kepada ketiga temannya, dan tidak ada basa-basi seperti apa yang kulakukan kepada Lia dulu. Aku meminta Lia memutarkan film "sex is blind" kesukaannya kepada ketiga temannya itu. Gadis-gadis kecil itu rupanya sudah menantikan. Menonton pun dengan konsentrasi tinggi layaknya sedang ujian. Aku takjub melihat mereka, dan justru cekikikan sendiri melihat adegan demi adegan, sepertinya ketiga teman Lia itu sudah pernah melihat yang sesungguhnya atau pemandangan yang nyata.

Setelah film usai, aku lalu beranikan diri bertanya ke mereka. Pertama sekali adalah ke Anna yang aku nilai paling berani.

"Anna, Oom penasaran, kayaknya Anna sering lihat olahraga begituan?" tanyaku penuh selidik.
"Iya benar kok Oom... Anna sering lihat olahraga begitu, terlebih kakak Anna sama pacarnya, mereka selalu berbuat begituan di rumah" jawab Anna jujur menjelaskan dan membenarkan.
"Hah? Masak sih di rumah.." tanyaku lagi dengan heran.
"Iya, bener kok Oom, sebab papa dan mama Anna kan ngga tinggal di sini" Anna menjawab keherananku.
"Oohhh..." aku hanya bisa manggut-manggut.
"Emang sih, Anna lihatnya dengan sembunyi-sembunyi, sebab merasa penasaran sebenarnya apa sih yang kakak Anna lakukan bersama pacarnya? Ternyata seperti di film itu Oom..." Anna menjawab dengan menerangkan tanpa merasa aneh atau bahkan malu.

Lalu aku selanjutnya bertanya kepada Yulia. Yulia sedikit tergagap sewaktu kutanya, ternyata Yulia sendiri sudah mengetahui hal begituan secara tidak sengaja sewaktu sedang menjemur pakaian di loteng rumahnya. Yulia bercerita, tanpa sengaja dia melihat di halaman belakang tetangganya, ada yang sedang bermain seperti yang dilakukan di dalam film "sex is blind" tersebut. Intinya Yulia tahu kalau titit itu bisa dimasukkan ke Memeknya cewek.

Terakhir aku bertanya ke Devi, dengan polosnya Devi mengungkapkan kalau dia mengetahui hal-hal begituan dari melihat apa yang papa dan mamanya lakukan ketika malam hari. Sama seperti dengan pengalaman Lia pertama kali melihat hal itu.

Setelah aku mendengar cerita mereka, aku menawarkan, apakah mereka ingin melihat langsung, kompak sekali mereka bertiga menjawab ya. Lalu aku bertanya sekali lagi, apakah mereka ingin merasakannya juga, sekali lagi dengan kompaknya, mereka bertiga menjawab ya.

"Kalo begitu... Oom mulai sekarang ya...?"

jantungku berdegup kencang karena girang yang tiada tara, aku tidak mengira akan semulus ini. Aku akhirnya melepaskan seluruh pakaian yang kukenakan, sesuai dengan rencana, aku akan memamerkan olahraga ngentot itu berpasangan dengan Lia, dan sebetulnya Lia yang mempunyai ide merencanakan itu semua.

Anna, Yulia dan Devi memandangi terus ke bagian bawah tubuhku, apalagi kalau bukan Tititku yang sangat kubanggakan panjang, besar, berotot, dan berdenyut-denyut. Lia sendiri sudah melepaskan seluruh pakaiannya. Puting susu Lia sudah membenjol cukup besar karena sering kali kuhisap, dan oleh Lia sendiri sering ditarik-tarik saat menjelang tidur. Payudaranya masih belum nampak mulai menumbuh. Untuk bagian bawah, Memeknya Lia sudah sedikit berubah. Dulunya hanya seperti garis membujur, sekarang dari Memeknya Lia sudah mencuat bibir bibir berdaging, hal ini dikarenakan sudah sering kumasuki dengan Tititku tentunya, tetapi itu semua tidak mengurangi keindahan dan kemampuan empotnya (hisapan dan pijatan Memeknya).

Aku main tembak langsung saja kepada Lia, sebab aku tahu Lia sudah sangat berpengalaman sekali untuk hal beginian. Kucium bibir Lia, tanganku memainkan puting susu dan Memeknya, Lia sudah cepat sekali terangsang, kulepaskan ciumanku, lalu kuciumi puting susunya. Kuhisap bergantian, kiri dan kanan. Anna, Yulia dan Devi melihat caraku memainkan tubuh telanjang Lia, napas mereka bertiga mulai memburu, rupanya nafsu ingin ikut merasakan telah menghinggapi mereka.

Sekian lama kuciumi dan hisap puting susu mungil yang sudah lumayan membenjol besar itu, aku memang sangat suka sekali menetek dan menghisap puting susu, terlebih bila melihat ibu muda sedang menyusui bayinya, ouw, pasti aku langsung terangsang hebat.
Setelah puas kuberkutat di puting susu Lia dengan ciuman dan hisapan mulutku, kualihkan ke liang senggama Lia, kalau dahulu Lia tidak bisa menahan puncak kenikmatannya, sekarang sudah sedikit ada kemajuan. Kujilat dan kuciumi Memeknya, Lia masih bisa menahan agar tidak jebol, tidak lama aku merasakan Lia sudah bergetar, kupikir jika aku terlalu lama memainkan, Lia pasti tidak akan kuat lagi menahan cairan maninya keluar, maka langsung saja kumasukkan Tititku yang sudah sangat tegang itu ke lubang Memeknya Lia. Aku tidak merasa kesulitan lagi untuk memasuki lubang Memeknya Lia, sudah begitu hapal, maka semua batang Tititku amblas ke dalam Memeknya Lia.

Anna, Yulia dan Devi melihat dengan sedikit melotot seolah tidak percaya batang Tititku yang panjang dan sedemikian besarnya bisa masuk ke dalam Memeknya teman mereka, yaitu Lia. Mereka bertiga mendesah-desah aku merasa mereka sudah ingin sekali merasakan Memeknya mereka juga dimasukin Tititku.

Aku menggerakan maju mundur, mulai dari perlahan lalu bertambah cepat, kemudian berganti posisi, berulang kali sekitar 15 menit. Aku sudah merasakan Lia akan mencapai puncak orgasmenya. Betul saja, tidak lama kemudian, Lia memelukku erat dan dari dalam Memeknya aku merasakan ada semprotan yang keras menerpa kepala Tititku yang berada di dalam lubang Kenikmatannya. Banyak sekali Lia mengeluarkan cairan mani, Lia terkulai lemas, Tititku masih gagah dan kokoh, memang aku sengaja untuk tidak menguras tenagaku berlebihan, target tiga Memek gadis yang menanti harus tercapai.

Lia kusuruh istirahat, Lia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus beristirahat, selanjutnya kutawarkan ke Anna, Yulia, dan Devi, siapa yang mau duluan. Sejenak mereka bertiga sepertinya ragu, lalu akhirnya Anna yang mengajukan diri untuk mencoba.

"Bagus Anna, kamu berani deh." pujiku kepada Anna.

Tanpa berlama-lama, kusuruh Anna untuk membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, langsung saja Anna melakukan apa yang kusuruh, aku memandangi Anna yang mulai melepas pakaiannya satu persatu, sampai akhirnya telanjang bulat. Tubuh Anna putih bersih, apa yang tadi membuatku penasaran sudah terobati, puting susu Anna kunilai aneh, payudaranya memang sudah mulai tumbuh, akan tetapi puting susunya itu masuk kedalam. Bentuknya unik dan baru kali ini aku melihatnya, bentuknya mengerucut tumpul, puting susu dan lingkaran merah jambu bersih dan mulus. Kata kamus ilmiah, puting susu berbentuk seperti ini langka sekali dan kualitas sensitifnya sangat tinggi, bisa dikatakan sangat perasa sekali. Sedangkan Memeknya masih berupa garis, dengan bagian sisinya sedikit membukit. Sepertinya Memek ini kenyal sekali dan super enak. Tidak sabar rasanya kuingin segera merasakannnya.

Aku langsung menciumi bibir Anna yang sensual itu, kuciumin dengan mesra. Tanganku bergerak mengusap puting susu unik milik Anna. Benar saja, begitu telapak tanganku mengusap puting susunya, Anna merasa sangat terangsang.

"Ouwww... Oommm... enak sekali Oom.." Anna mengomentari apa yang dirasakannya.

Aku merasakan puting susu Anna mulai menegang. Segera saja kulepaskan ciumanku di bibir Anna, aku merasa senang, rupanya Anna telah tanggap dengan apa yang kumau, dengan tangannya sendiri menjepit puting susunya dan menyodorkan kepadaku. Maka dengan rakusnya, mulailah kuciumi dan kuhisap, Anna berkali-kali menjerit kecil. Rupanya puting susu Anna sangat perasa, tanganku tanpa sadar menyentuh permukaan Memeknya Anna, ternyata Memeknya Anna sudah basah dan banyak juga cairan maninya yang merembes keluar. Aku terus saja menyusu dan menggemut puting susu Anna, kiri dan kanan bergantian.

"Oomm... Anna kok seperti mau pipis nih... Ada sesuatu yang mau keluar dari Memeknya Anna nih..." Anna mengungkapkan apa yang akan terjadi.
"Tahan dikit dong..." jawabku.

Mendengar hal ini, kulepaskan hisapanku dari puting susu Anna, lalu mulutku beralih ke liang Memeknya Anna. Secara otomatis, Anna sudah mengangkangkan kedua kakinya, aku mencium aroma dahsyat dari Memeknya Anna. Sungguh legit. Memeknya Anna merah jambu, bersih sekali dan sudah mengkilap, kujilati memeknya yang basah itu, selanjutnya kuhisap dalam-dalam. Anna rupanya mengelinjang liar karena merasa nikmat.

"Oomm... Anna udah ngga kuat lagi nihhh... aahhh..." jerit Anna seiring dengan tubunnya yang menegang.

Saat itu, mulutku masih bermain dilubang Memeknya Anna, aku merasakan ada sesuatu yang menyemprot, rasanya asih dan gurih. Inikah cairan mani Anna karena sudah mencapai kenikmatan yang pertamanya, tanpa pikir panjang kutelan saja cairan mani itu, kujilati dengan rakus. Kulihat juga buah klitoris Anna yang kecil mencuat berdenyut-denyut. Aku sendiri merasakan sudah akan mencapai puncak kenikmatanu.

"Anna.. Oom mau masukin titit Oom ke lubang memek Anna nih.." aku meminta ijin kepada Anna.
"Ya Oom, masukin saja, ayo dong cepat..."

Anna rupanya sudah tidak sabar lagi ingin merasakan batang Tititku memasuki lubang surganya. Kuarahkan kepala Tititku ke lubang Memeknya Anna, Anna tanpa diminta sudah memegang batang Tititku dan membimbingnya memasuki lubang Memeknya. Surprise, insting Anna hebat juga nih pikirku, tanpa kesulitan, lubang Memeknya yang sudah banjir dengan cairan mani itu menerima kepala Tititku dan batang Tititku. Lumayan sempit juga, untungnya tertolong oleh cairan mani dan pengertian Anna membimbing masuk batang Tititku sehingga aku tidak kerepotan saat memasukannya.

"Blusss..."
kutekan sepenuhnya, aku maju mundurkan dengan segera, perlahan, lalu cepat.
Aku merasa akan mencapai titik kenikmatanku, hisapan otot Memeknya Anna sungguh dahsyat. Ini yang membuatku tidak kuat menahan cairan maniku untuk lama keluar. Anna memang kuat sekali, aku merasakan Anna berkali-kali menyemprotkan cairan maninya, mungkin ada lima kali lebih, akan tetapi Anna masih mampu mengimbangi gerakanku, hebatnya lagi, goyangan pantatnya. Oh edan, akhirnya aku merasa tidak kuat menahan lagi, kulihat Anna pun sudah akan mencapai orgasme puncaknya.

"Anna.. kita sama-sama keluarkan yaaa.. please sayang.." pintaku sambil sekuat tenaga menahan.
"Iiiiyaaa.. Oommm.. sekarang yaaa..." Anna berkata dengan bergetar.
Aku mengeram, tubuhku menegang, tubuh kecil Anna yang kutindih, kupeluk erat sekali.

"Crottt... crrruttt... aaahhh.. seerrr..."

kukeluarkan cairan mani puncak kenikmatanku di dalam Memeknya Anna yang sempit itu. Karena banyaknya cairan mani di dalam lubang Memeknya Anna, lubang Memeknya itu tidak bisa menampung semua, maka merembes dengan derasnya cairan mani itu keluar dari lubang senggama/Memeknya, cairan maniku yang bercampur dengan cairan mani Anna. Kucabut Tititku yang masih cukup tegang dari Memeknya Anna, Tititku sangat mengkilap, seperti habis di pernis.

Yulia dan Devi, tanpa sepengetahuanku ternyata telah telanjang bulat, rupanya mereka berdua tidak tahan melihat pergulatanku yang cukup lama dengan Anna. Memang kuakui Anna sangat kuat, cewek feminim ternyata benar-benar hebat permainan ngentotnya. Apa yang dikatakan orang memang bukan isapan jempol, aku sudah membuktikannya hari ini lewat gadis kecil bernama Anna. Kupikir jika gadis feminim yang sudah matang pasti akan lebih kuat lagi.

Kulihat juga Lia sudah selesai membersihkan badan dan sekarang dengan penuh pengertian sibuk di dapur untuk membuat makanan. Anna yang masih terkulai lemas, kusuruh untuk mandi dulu dan istirahat, lalu setelah itu kusuruh juga untuk membantu Lia di dapur.

Yulia dan Devi dengan telanjang bulat telah menghampiriku, dari pandangan mata mereka seolah meminta giliran. Aku sebenarnya merasa kasihan, aku masih cukup lelah untuk memulainya lagi. Kupikir kalau kubiarkan mereka terlalu lama menanti, pastilah akan membuat mereka kehilangan gairah nantinya, akhirnya kuminum obat yang kubeli tadi di apotik. Kuminum 2 pil sekaligus, reaksi obat ini sangat cepat, badanku merasa panas. Melihat tubuh-tubuh kecil telanjang bulat milik Yulia dan Devi, Tititku yang tadinya loyo sekarang tegang dan mengacung-ngacung, gairahku lebih membara lagi.

Yulia seingatku tadi masih menggunakan pakaian lengkapnya, sekarang sudah telanjang bulat, sungguh aku mengagumi tubuhnya, payudaranya sedikit menumbuh dan membukit, puting susunya kecil, mungil, merah jambu mulus telah menegang sehingga meruncing, lubang Memeknnya pun kulihat sudah basah menunggu penantian. Lalu Devi, yang juga tadi masih kulihat berpakaian lengkap, sekarang telah telanjang bulat pula. Devi memang lain sendiri dibandingkan Anna, Lia dan Yulia, mungkin karena masih keturunan jepang manado, akan tetapi Devi juga yang paling muda sendiri. Usianya selisih satu tahun lebih muda dibandingkan Anna, Indah maupun Lia. Jelas sekali dengan kurun usia relatif sangat muda, pertumbuhan payudaranya belum ada sama sekali, puting susunya juga belum menampakkan benjolan yang berarti, masih rata dengan dada. Tetapi karena terangsang, rupanya menjadi sedikit meruncing. Lalu Memeknya pun masih biasa saja, kesimpulanku Devi masih imut sekali. Mungkin satu tahun ke depan baru ada perubahan, aku sebenarnya tidak tega untuk mengentotnya sekarang, tetapi apa komentarnya nanti, pastilah dikatakan olehnya tidak adil, bahkan yang kukuatirkan adalah Devi nantinya akan marah dan cerita tentang hal ini kepada orang lain.

Dalam waktu yang bersamaan, kurengkuh dua gadis kecil itu sekaligus. Kupagut bibir Devi, kuciumi leher dahi dan tengkuknya. Devi merasa enak dan geli, sedangkan yulia, puting susu dan payudaranya kuusap-usap dengan tanganku, payudaranya yang sudah cukup membukit menjadikan tanganku bisa meremasnya. Indah mendesah keenakan. Aku minta ke Indah untuk memijat-mijat batang Tititku, ternyata Yulia pandai juga memijat. Tititku semakin menegang. Pijatan Indah sungguh enak sekali, apalagi remasan tangganya di buah Tititku.

Selanjutnya, kulepaskan pagutanku di bibir Devi, kulanjutkan dengan menghisap puting susu Devi yang meruncing kecil. Devi menggelinjang keenakan, kujilati dan kubuat cupang banyak sekali di dada Devi, sampai akhirnya aku beralih ke liangnya Devi yang sangat imut, Memek ini sama seperti kepunyaan anak-anak kecil yang sering kulihat mandi di sungai. Tetapi, ah masa bodo. Devi kegelian ketika kumulai menciumi, menjilat dan menghisap Memeknya itu. Kukangkangkan kedua kaki Devi, maka terkuaklah belahan Memeknya dengan lubang yang sangat sempit. Jika kuukur, lubang Memeknya itu hanya seukuran jari telunjuk. Aku sempat gundah, apakah Tititku bisa masuk? Tetapi akan kucoba, kuyakin lubang Memek itu kan elastis, jadi bisa menampung Titit sebesar apapun.

Devi merasa sangat keenakan ketika kumainkan Memeknya, berkali-kali Devi mendapat puncak kenikmatan. Cairan maninya sungguh wangi. Setelah puas memainkan Memeknya Devi, kuminta Devi bersiap, sedangkan Yulia kusuruh berhenti memainkan buah zakar dan Tititku. Lalu kucium bibir Yulia sebentar, kemudian kuciumi leher dan tengkuknya. Indah mendesah, tidak berapa lama, kuberalih ke payudara dan puting susu Yulia. Kuciumi dan hisap dengan penuh kelembutan dan kehangatan, payudara yang baru membukit itu kuremas-remas dengan lembut. Puting susunya yang kecil itu kuhisap dan kujilati. Aku menyusu cukup lama, Memeknya Yulia yang sudah basah pun tidak luput dari hisapanku. Devi sudah menunggu-nunggu, menantikan kehadiran Tititku memasuki lubang nikmat kecilnya.

Segera saja kuselesaikan hisapanku di Memeknya Yulia. Kurasa dengan Memeknya Yulia, aku tidak akan merasa kesulitan, lubang Memeknya Yulia kunilai sama dengan punya Anna dan Lia waktu pertama kali dimasukin Tititku. Yang kupikir, kesulitannya adalah lubang Memeknya Devi, selanjutnya kusuruh Yulia untuk bersiap-siap juga.

Kuberikan pelumas seperti jelly untuk Tititku agar licin, lalu kuarahkan perlahan kepala Tititku itu ke lubang surganya Devi. Kutekan sedikit, meleset, kuposisikan lagi, tekan lagi, tetap saja meleset, tidak mau masuk. Untunglah Anna dan Lia datang, mereka berdua tanggap dengan kesulitan yang kuhadapi. Lia dengan sigap membukakan kedua sisi bibir Memeknya Devi dengan kedua sisi telapak tangannya. Lubang senggama/Memeknya Devi bisa terkuak, kucoba masukkan lagi, ternyata masih meleset juga, Anna yang melihat hal itu tanpa ragu-ragu juga ikut turun membantuku. Anna mengulurkan jari tanggannya, memijat bagian atas dan bawah lubang senggama Devi, sehingga secara elastis lubang Memeknya Devi bisa lebih terkuak sedikit. Aku berkonsentrasi memasukkan kepala Tititku ke lubang Memeknya Devi itu.

Tititku dengan sedikit kupaksakan, agar bisa masuk ke lubang Memeknya Devi, kutahu Devi mengalami sensasi yang luar biasa dan pertama kali Memeknya yang mungil dan imut di cumbu oleh Tititku. Devi hanya menikmati pasrah dan dari sudut wajahnya yang berseri-seri. Yulia yang dari tadi menunggu giliran lubang Memeknya dimasukin Tititku, karena mengetahui bahwa aku mengalami kesulitan, akhirnya ikutan pula membantuku memuaskan Devi. Tanpa malu-malu, Yulia menyodorkan puting susunya ke mulut Devi, layaknya ibu kepada bayinya yang minta susu. Devi mengulum puting susu Yulia dengan kuat. Yulia merasakan kalau puting susunya diemut oleh Devi, Yulia diam saja, hanya sedikit menyeringai, menahan geli tentunya.

Aku menekan terus, sehingga sudah separuh dari Tititku masuk ke dalam lubang Memeknya Devi. Kepala Tititku bagaikan disetrum dan dihisap oleh suatu tenaga yang luar biasa mengenakan. Kutekan sekuat tenaga, dan

"Blusss..."

Masuknya seluruh batang kejantananku ke dalam lubang kemaluan Devi diiringi dengan dua jeritan. Yang pertama adalah suara lenguhan yang panjang Devi sendiri karena merasakan sensasi yang enak, matanya sampai meram melek, kadang membelalak. Satunya lagi adalah suara lenguhan panjang Yulia, sebab tanpa Devi sadari, Devi telah menggemut keras puting susu Yulia yang masih dikulumnya itu.

Anna dan Lia hanya tersenyum-senyum saja, kubiarkan Tititku terbenam di dalam Memeknya Devi. Kurasakan empotan-empotan otot dari memeknya Devi. Setelah sekian lama aku menikmati, kumundurkan pantatku, ternyata bibir Memeknya Devi ikut tertarik. Bibir Memeknya Devi mengikuti gerakan pantatku, begitu aku mundurkan maka bibir Memeknya Devi akan mencuat ke atas karena ikut tertarik. Sebaliknya, jika kumajukan lagi pantatku, maka bibir Memeknya Devi pun ikut mencuat ke bawah dan terbenam. Sungguh fantastis dan imut, aku tidak menyesal merasakan enaknya yang luar biasa.

Kupercepat gerakan maju mundurku, semakin lama aku merasakan lubang Memeknya Devi membasah dan membanjir. Lorong lubang Memeknya Devi pun semakin licin, tetapi tetap saja sempit, sampai akhirnya Devi terkuras tenaganya dan tidak bisa mengimbangiku mencapai puncak kenikmatan. Tubuh Devi berkali-kali menegang.

"Oommm... Devi pipis lagi... ahhh..." desahnya.

Cairan mani putih yang kental dan hangat milik Devi merembes deras keluar dari celah-celah lubang Memeknya yang masih disumpal oleh Tititku. Devi sudah lelah sekali, aku pun sudah mulai bergetar pertanda puncakku pun sudah dekat, maka kucabut saja Tititku dari lubang Memeknya Devi. Begitu kucabut, terdengar bunyi,
"Ploppp..."

seperti bunyi batang pompa dikeluarkan dari pipanya. Devi kusuruh istirahat, ternyata Devi suka menyusu juga, karena puting susu Yulia ternyata masih dikulumnya. Devi manja tidak mau melepaskan, sampai akhirnya, Anna yang sedang duduk-duduk berkata.

"Eh Vi... udah dong neteknya, kasihan tuh Indah, kan sekarang gilirannya dia." Anna mengingatkan,
"Besok-besok kan masih bisa lagi..." tambah Anna.
"Iya-iya... aku tahu kok..." Devi akhirnya menyadari, lalu melepaskan puting susu Yulia dari mulutnya.
"Vi... nih kalo mau... puting susuku juga boleh kamu isepin sepuasnya..." ujar Anna sambil memijat-mijat sendiri puting susunya yang membenjol paling besar sendiri.

Devi mau saja memenuhi ajakan Anna, maka kulihat Devi begitu rakusnya mengulum dan menyedot puting susu Anna. Kadang Devi nakal, menjilati puting susunya Anna, sehingga Anna menjerit kecil dan menikmati setiap emutan dan jilatan dari si Devi. Setelah lepas dari Devi, Yulia kemudian menempatkan diri dan bersiap-siap. Yulia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, sehingga terkuaklah lubang Memeknya yang sudah cukup basah karena cairan mani yang meleleh dari dinding di lubang Memeknya. Betul juga, aku berusaha tanpa melalui kesulitan, berhasil memasuki lubang Memeknya Yulia, seperti halnya aku pertama kali menerobos lubang Memeknya Lia dan Anna. Kumasukkan Tititku seluruhnya ke dalam lubang kenikmatan Yulia. Yulia menahan suara, karena Memeknya baru saja kutembus. Tetapi karena sudah sangat bergairahnya, maka kenikmatan, yang ada hanyalah rasa enak, geli dan nikmat. Yulia merem melek merasakan adanya Tititku di dalam Memeknya.

"Oom Angga, gerakin dong..."

Yulia memintaku untuk segera memulai.

"Baik Yulia, Oom minta Yulia imbangi Oom ya...!"

Yulia tidak menjawab tetapi hanya manggut-manggut. Kumulai saja gerakan maju mundur pantatku, Tititku masuk dan keluar dengan leluasanya, pertama dengan perlahan dan kemudian kupercepat. Yulia sudah banyak belajar dari melihat langsung permainanku tadi dengan Lia, Anna, maupun dengan Devi. Yulia memutar-mutar pantatnya sedemikian rupa. Aku merasa kalau Yulia yang pendiam ternyata mempunyai nafsu yang besar. Kurasa Yulia akan lebih kuat mengimbangiku.

Betul juga dugaanku Yulia memang kuat juga, setelah hampir seperempat jam kuberpacu, Yulia masih belun juga mengeluarkan cairan maninya, sedangkan aku sendiri memang masih bisa menahan puncak orgasmeku, disebabkan aku telah minum obat dopping 2 pil sekaligus.

"Ayoooo Oomm... Indah merasa enakkk... terusiiinnn..." Yulia kembali meracau.

Kuteruskan memacu, aku heran, kenapa Yulia bisa selama ini, padahal Yulia baru pertama kali merasakan nikmatnya ngentot.

"Yulia... kamu kok kuat sekali sih...?" tanyaku sambil terus memacu.
"Ini berkat obat Oom lhoooo..." jawab Yulia bersemangat sambil memutar-mutarkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, sedangkan kedua tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan sesekali menarik-narik puting susunya yang masih menegang.

Aku kaget juga mendengar pengakuan Yulia, sampai aku berhenti melakukan gerakan. Ternyata Yulia meminum obatku juga, jelas saja.

"Kok berhenti Oom... gantian Yulia yang di atas ya?" kata Yulia lagi.

Aku diam saja, kami berganti posisi. Kalau tadi Indah dalam posisi aku tindih, sekarang Indah yang berada di atas dan menindihku. Yulia menaik-turunkan pantatnya, maju mundur, perlahan dan cepat, kadang berposisi seperti menunggang kuda, liar dan binal.

Permainan dalam posisi Yulia di atas dan aku di bawah, ternyata menarik perhatian Lia. Dari tadi Lia memang hanya melihat pergulatanku dengan Yulia.
"Oom Angga... masa sih kalah sama Yulia..." sindir Lia kepadaku.
"Ngga dong... tenang saja Lia..." jawabku membela diri.

Kulihat juga Devi rupanya menyudahi kegiatan menyusunya dari puting susu Anna. Mereka bertiga rupanya tertarik menontonku. Kadang berkomentar yang membuatku tersenyum.

"Yaccchhh... Oom Angga ngga adil... Oom Angga curang, sama Yulia bisa selama ini, sama Anna kok cepet sekali." Anna memprotes.
"Lho, kan Anna tadi sudah kecapean, maka Oom suruh istirahat, dan cuma Yulia sendiri yang belon capek nih..." lanjutku.
Yulia sudah berkeringat banyak sekali, aku merasakan ada cairan hangat yang merembes di Tititku. Aku sendiri mulai merasa adanya desakan-desakan dari pangkal Tititku.
"Oomm... Yulia udah ngga kuat nahannya nih... eeeghh...aarghh..." kata Yulia sepertinya menahan.

Mendengar ini, langsung saja kuganti posisi lagi. Aku kembali di atas dan Indah di bawah, kupercepat gerakanku sampai maksimal.

"Oommmm... Yuliaaa... aaakkkhhhh... eeeghhhh... aahhh..." Yulia melenguh panjang.

Tubuhnya menegang dan memelukku dengan erat, rupanya Yulia telah mencapai puncak kenikmatannya, dari dalam lubang Memeknya menyemprot berkali-kali cairan maninya yang hangat menyiram kepala Tititku yang masih berada di dalam Memeknya. Lubang Memeknya Yulia dibanjiri oleh cairan maninya sendiri, becek sekali Memeknya Yulia, Tititku sampai terasa licin, sehingga menimbulkan bunyi berdecak. Yulia sudah tidak bisa mengimbangiku, padahal aku dalam keadaan hampir sampai, katakanlah menggantung. Kucabut saja Tititku dari Memeknya Yulia, lalu kutarik Devi yang sedang duduk bengong, kusuruh Devi tidur telentang dengan kaki di kangkangkan. Devi tahu maksudku. Segera saja Devi melakukan apa yang kusuruh. Anna dan Lia langsung riuh berkomentar.

"Yacchhh Oom Angga, kok Devi sih yang dipilih..." rungut Anna.

Sedangkan Lia hanya tersenyum kecut sambil berkata,

"Ayoooo Oomm... cepetan dong... habis ini kita makan... Lia udah buat capek-capek tadi." sambil menyuruhku menyelesaikan finalnya.

Aku seperti terhenyak. Segera saja kumasukkan Tititku ke lubang Memeknya Devi yang masih merah. Beruntung sekali, Memeknya itu masih basah oleh cairan mani, sehingga hanya dengan kupaksakan sekali saja langsung masuk. Memeknya Devi yang begitu sempit memijat hebat dan menghisap Tititku. Aku ingin menyelesaikan puncak orgasme/kenikmatanku secepatnya. Makin kupacu gerakanku. Devi yang tadinya sudah dingin dan kurang bernafsu langsung terangsang lagi. Tidak sampai lima menit, aku memeluk erat tubuh kecil Devi dan kumuncratkan cairan maniku di dalam Memeknya Devi.

"Aaahhh... aarrrghhh... Cruuutttt... Crottt..."

Cairan maniku banyak sekali. Aku langsung lemas seketika. Tititku pun sudah mulai loyo, sungguh pergulatan yang hebat. Aku dikeroyok oleh empat gadis kecil dengan hisapan mulut Memeknya yang luar biasa. Kucabut Tititku dari lubang kenikmatannya Devi. Kemudian kuajak Devi dan Yulia mandi sekalian denganku. Habis mandi kami makan bersama, lumayan enak makanan buatan Anna dan Lia.

Setelah makan, aku mengevaluasi dan bercakap-cakap dengan gadis-gadis kecil itu. Ternyata Anna, Lia, Yulia dan Devi masih bersemangat dan mereka mengajakku melakukannya lagi. Aku terpaksa menolak, kelihatan sekali mereka kecewa. Untuk mengobati rasa kecewa mereka, kuberikan kepada mereka kaset Blue Film tentang lesbian untuk ditonton. Isi ceritanya tentang hubungan badan cewek dengan cewek yang saling memberi rangsangan. Aku hanya mengawasi saja, sampai akhirnya mereka mempraktekkan apa yang baru saja mereka tonton.

Aku dikelilingi oleh gadis-gadis kecil yang haus sex. Besok harinya, kebetulan adalah hari minggu, aku memuaskan gadis-gadis kecil itu dalam berolahraga senggama/ngentot, sampai aku merasa sangat kelelahan, sehari minggu itu aku bercinta dengan gadis-gadis kecil. Betul-betul enak.

Kejadian ini berlangsung lama. Akulah yang membatasi diri terhadap mereka, sampai akhirnya mereka mengalami yang namanya masa datang bulan, dan mereka juga mengerti kalau apa yang kusebut olahraga ternyata adalah hubungan sex yang bisa untuk membuat adik bayi, tetapi mereka tidak menyesal. Jadi jika akan melakukan senggama/ngentot, kutanyakan dulu jadwal mereka. Aku tidak ingin mereka hamil. Anna, Lia, Yulia, maupun Devi akhirnya mengetahui kapan masing-masing akan mendapatkan jatahnya.

Setelah mereka berempat duduk di bangku SMU kelas 2, bisa dikatakan telah beranjak dewasa dan matang, begitu juga umurku sudah menjadi 36 tahun. Aku sudah menjalin hubungan serius dengan cewek rekan sekerjaku, lalu aku menikahinya dan aku membeli rumah sendiri, tidak lagi kost di tempat Lia. Anna, Lia, Yulia, dan Devi pun sudah mempunyai pacar, tetapi mereka tidak mau melakukan hubungan senggama/ngentot dengan pacarnya. Mereka hanya mau berbuat begitu denganku saja.

Karena aku sudah beristri, mereka pun memahami posisiku. Hubunganku dengan mereka tetap terjalin baik. Istriku juga menganggap mereka gadis-gadis yang baik pula, aku pun berterus terang kepada istriku mengenai apa yang sudah kualami bersama gadis-gadis itu. Istriku memakluminya, aku sangat mencintai istriku. Akan tetapi istriku kurang bisa memenuhi kebutuhan seksku yang memang sangat tinggi. Karena istriku mengetahui kekurangannya, lalu istriku yang bijaksana mengijinkan Anna, Lia, Yulia, dan Devi untuk tetap bermain seks denganku.

Pernah dalam semalam, aku melayani lima wanita sekaligus, Anna, Lia, Yulia, Devi dan istriku sendiri. Dari keempat gadis kecil itu, yang paling sering menemaniku dan istriku bersenggama/ngentot hanyalah Anna dan Lia. Untuk Anna, disebabkan selain orang tua dan kakak Anna tidak tinggal di kota ini, Anna takut tinggal sendiri di rumah besarnya. Hampir tiap hari Anna menginap di tempatku. Untunglah para tetanggaku mengira kalau Anna adalah keponakan istriku. Sedangkan Lia, masih tetap seperti dahulu, papanya bekerja di ibukota dan mamanya masih bekerja di otomotif, kadang justru tidak pulang, jadi jika begitu, Lia ikut pula menginap di rumahku. Tante Linda masih percaya penuh kepadaku. Walaupun sepertinya mengetahui hubunganku dengan anak gadisnya, aku santai saja.


Tamat.

Minggu, 23 September 2007

Anna Pembantuku

Waktu itu gue masih berumur 18-an dan sedang senang-senangnya dengan segala sesuatu hal yang berbau seks, gue sering ngeliat majalah- majalah porno, baca cerita porno juga ngeliat Blue Film. Waktu itu gue udah ingin banget berhubungan seks tapi gue belum juga berani, akhirnya gue cuma seringan onani kalau birahi gue sedang naik dan tak tertahankan.

Di rumah gue ada pembantu baru namanya Anna. Dia seorang cewek yang kawin muda ( 17 tahun ) dan menjadi janda setengah tahun kemudian karena ditinggal pergi suaminya entah kemana, dan dia kemudian menjadi pembantu di rumah gue. Anna orangnya bersih, tinggi sedang dan ya ampun payudara montok sekali deh, gue sering iseng ngintip pas dia sedang mandi.

Waktu itu malam minggu dan gue pulang kemalaman, biasanya kalau pulang larut malam gue masuk lewat pintu belakang yang sengaja tidak gue kunci biar dapat langsung masuk dari sana tanpa ketok-ketok pintu dulu. Pelan-pelan saya berjalan menuju pintu belakang yang langsung terhubung ke kamar, ketika sampai depan pintu gue mendengar suara desahan-desahan, gue mengurungkan niat untuk membuka pintu dan berusaha mencari tahu suara siapa itu.

Gue mengintip dari jendela nako yang agak terbuka, gue melihat Anna pembantu gue sedang duduk setengah tiduran di atas kasur kapuk yang empuk dengan posisi mengangkang dan daster ( pakaian tidur ) yang tersingkap sekaligus celana dalam putih yang dia pakai di pakai hanya dilepas sebelahna saja lalu dia sambil mengusap-usap Memeknya dengan tangannya sendiri gue tertegun karena baru kali ini gue melihat Memeknya secara jelas gue dapat melihat dengan jelas karena lampu di ruangan itu dibiarkan menyala.. Kulihat Anna pembantu gue asyik memainkan Memeknya sendiri sambil mendesah-desah keenakan, kulihat selangkangan Memeknya yang berwarna merah jambu, bersih putih dan montok bibir memeknya seperti anak 5 tahun sudah basah sekali dan sesekali Anna memasukkan jari tengah ke lubang Memeknya sendiri.

Melihat adegan seperti itu berahi gue naik dan Titit gue pun mulai mengeras, terpikir olehku untuk masuk ke kamarnya dan ikut bermain adegan itu tapi gue tidak berani sehingga gue hanya melihat adegan per adegan dari balik jendela. Suara desah-desahnya Anna semakin terdengar lembut dan agak keras seiring dengan makin cepatnya jari-jari yang lentik itu memainkan Memeknya. Tiba-tiba ada suara barang jatuh sehingga gue sangat terkejut begitu juga Anna dia langsung menghentikan kegiatannya dan langsung menutup dasternya yang tersingkap.

Anna bangkit dari tidurnya dan berusaha mencari tahu suara apa
itu, karena takut ketahuan gue langsung sembunyi di balik tong yang
ada di kiri pintu gudang. Tiba-tiba kudengar suara Anna mengertak
pelahan kemudian suara kucing keluar dari jendela nako tempat gue
tadi mengintip, rupanya suara tadi adalah suara kucing yang
menjatuhkan sesuatu dan sekarang kucing itu diusir oleh Anna.

Dalam keadaan masih setengah terkejut saya keluar dari persembunyian dan berjalan mendekati pintu, sesampai didepan pintu kepikir olehku apakah Anna akan meneruskan permainannya ? Guepun mengurungkan niat membuka pintu dan mendekati jendela untuk mengintip lagi, untung jendelanya tidak ditutup oleh Anna.

Gue lihat sepi sekali didalam gue pikir Anna menghentikan apa yang
dilakukannya, tapi beberapa saat tampak Anna berjalan mendekati meja dengan membawa sesuatu, dia kembali duduk setengah tiduran di atas kasurnya yang empuk dan mulai menyingkapkan dasternya sehingga tampak memeknya yang putih bersih mengkilap akibat cairan memeknya saat dia melakukan Mastrubasi, dia menyibakkan Memeknya itu sehingga tampaklah bibir Memeknya yang merah jambu basah dan mulailah dia mengusap-usap Memeknya yang mulai tampak basah sesekali dia memasukkan jari tengahnya sambil mengerang keenakan.

Beberapa saat kemudian tampak dia mengambil benda yang dibawanya tadi, ternyata sebuah mentimun yang berukuran sedang dan Anna membungkusnya dengan karet condom dan berusaha memasukkan mentimun itu kedalam Memeknya.

Setelah masuk separo dia mengerakkan mentimun itu keluar masuk Memeknya sambil tangan kirinya meremas-remas payudara kirinya yang montok itu. Gue tegang sekali melihat adegan itu dan Titit gue juga berontak dalam celana yang sempit, sambil melihat itu semua tanpa sadar tangan kiriku mengusap-usap Tititku sendiri, tampak di dalam Anna masih asyik memainkan mentimun itu sesekali dia merapatkan kedua kakinya sehingga mentimun itu terjepit Memeknya dan dia mengaduh keenakan.

Karena saking tegangnya akhirnya mani gue keluar seiiring dengan
makin cepatnya Anna memainkan mentimun itu keluar masuk dan
diakhiri dengan didorongnya mentimun itu dalam-dalam, gue juga nggak bisa nahan mani gue yang akhirnya tumpah di dalam celana, dan guepun terduduk lemes di bawah jendela tempat gue ngintip. Tak lama kemudian Anna juga mengakhiri permainannya sambil memejamkan matanya dengan posisi setengah telanjang di dalam kamarnya.

Beberapa saat kemudian gue juga masuk dalam keadaan celana yang basah oleh air maniku sendiri. Beberapa saat kemudian gue beranjak masuk menuju kamar gue, pas lewat depan kamar Anna gue berjalan pelahan-lahan tak gue dengar suara apapun kemungkinan Anna udah tidur. Pas dikamar langsung gue lepasin semua celana gue maka Titit guepun menjuntai keluar, pelan- pelan kuusap-usap kepala Titit gue dengan mempergunakan tangan kanan yang dibasahi dengan body lotion tampak kepala Titit gue pelan-pelan mulai membesar dan mengeras tangan kiri gue memegang batang Titit gue erat-erat sehingga kepala Titit gue makin membesar dan berwarna kemerah-merahan.

Kepala Titit yang telah membesar itu kuusap-usap terus sehingga ukurannya sampai satu setengah kali batang Tititnya, sesekali gue usap-usap lubangnya sehingga rasanya serrr.. bukan main nikmatnya sambil membayang-bayangkan Memeknya Anna.

Gue berpikir gimana kalo Titit gue yang bagus ini gue masukkan ke Memeknya Anna sambil membayang-bayangkan adegan barusan. Hasratku makin memuncak dan makin lama gue merasakan
sesuatu akan keluar dari Tititku dan kepala Titit itu akhirnya gue genggam erat-erat dan croot…….mani guepun keluar menyemprot dengan diiringi rasa nikmat yang luar biasa dan seluruh tubuh gue tergetar luar biasa.

Akhirnya Gue tertidur kelemesen habis ngocok dengan tubuh masih telanjang.

Paginya aku terbangun karena pintu telah digedor-gedor babe gue, wah sialan hari sudah beranjak siang cepat-cepat aku berpakaian dan membukakan pintu, tampak babe gue udah dandan rapi, ternyata babe ama mama gue mau pergi kondangan dan gue ditinggalin sendirian dirumah, ya udah gue kembali masuk ke kamar dan tidur-tiduran didalam kamar. Sambil tiduran gue memainkan Titit gue ketika teringat adegan Anna tadi malam tak lama kemudian Titit gue ngaceng ( berdiri/tegang/ereksi ) lagi ingin rasanya gue nidurin Anna tapi gimana caranya? Sedang asyik-asyiknya ngelamun tiba-tiba pintu kamar gue diketok seseorang, ternyata Anna yang menawarkan sarapan untuk gue, langsung saja ada ide terlintas di kepala dan kemudian pintu kubuka dan Anna yang ada di depan pintu langsung gue seret masuk ke dalam kamar, Anna berusaha berontak tapi karena rasa sayangnya gue yang terpendam terhadap Anna gue menggendongnya dan gue rebahkan tubuhnya di tempat tidur gue langsung saja dia gue tindih dan karena dia mengenakan daster yang semalam tangan gue langsung mengelus-elus Memeknya yang masih menggenakan daster dan celana dalamnya.

Nafas Anna terenggah-enggah karena payudaranya juga gue remas dengan lembut dengan tangan kiri gue. Dalam rintihannya Anna mohon jangan diremas-remas Memeknya "pelan-pelan dong mas, diusap-usap aja?" begitu katanya kontan tanganku

berubah mengusap-usap Memeknya dari balik celana dan otomatis Anna berhenti merintih malah dia berkata:

"tutup dulu pintunya dong mas nanti kalau ada yang ngeliat gimana?" dengan kaki kututup pintu kamarku sambil terus mengusap-usap Memek Anna yang membukit dan karena tangan kiriku meraba-raba payudara Anna hanya dari luar pakaian maka akhirnya kulepas kancing-kancing pakaian Asih sehingga tampak payudaranya yang terbungkus Bra putih dan menantang, karena terburu-buru aku kesulitan melepas Branya kedua tanganku merogoh ke belakang berusaha mencari kancing Bra itu tapi tidak juga ketemu akhirnya Anna memberitahu kalau Bra yang sedang dipakainya kancingnya ada di depan, akhirnya berhasil juga kulepas Branya dan tampak olehku sepasang payudara yang putih montok dan putting yang berwarna merah jambu yang terawat itu, lalu tanpa basa-basi kukecup putting susu yang sebelah kanan dan tangan kiriku mempermainkan putting susu yang sebelah kiri Annapun terdengar mengerang keenakan kuhisap, kuemut dan kujilat terus putingnya sambil sesekali kugigit pelahan dengan bibirku.

Kemudian tangan kananku kembali mengusap-usap Memeknya yang kini sudah mulai membasahi celana dalamnya, kemudian kulepas celana warna putih itu sehingga tanganku bebas bermain-main di selangkangannya.

"Berhenti dulu mas sayang, dasterku dilepaskan saja sekalian biar
lebih leluasa" kata Anna disela-sela desahannya.

Gue tanggalkan dasternya dan gue singkirkan semua pakaiannya sehingga tampak Anna terbaring telanjang di ranjang gue, meskipun dia orang desa tetapi tampak tubuhnya terawat dengan baik hal itu terlihat pada kulitnya yang putih muluh dan halus.

Guepun menanggalkan semua pakaian yang gue kenakan dan kembali bermain-main dengan Anna.

"Mas, Anna boleh pegang Titit mas nggak" pinta Anna tentu saja gue mengiyakan maka tanpa tanya-tanya lagi Anna langsung memainkan batang Titit gue.

Waktu itu Memek Anna sudah sangat basah hingga jari-jari gue dapat dengan mudahnya meluncur masuk ke liang Memeknya dan Annapun menggelinjang keenakan sambil tertawa kecil. Gue masukkan jari tengah gue dalam-dalam, dalam hati gue berbisik aduh kok lubangnya nggak begitu dalam hal itu dapat gue rasakan karena saat jariku kumasukkan dalam-dalam terasa olehku dasar Memeknya dan ditengahnya ada tonjolan daging kecil sebesar penghapus di ujung pensil, ketika gue sentuh-sentuh daging itu pinggang Anna bergoyang-goyang seakan-akan dia menikmati setipa sentuhan di daging kecilnya itu, semakin gue tekan-tekan dasar Memeknya Anna semakin menggelinjang hebat karena keenakan.

"Mas sayang Titit mas aja yang dimasukin ke lubang biar tambah enak" pinta Anna lagi kemudian gue ambil posisi menindih Anna dengan Titit masih ada dalam genggaman Anna gue menindih tubuh munggil Anna pelan-pelan Anna memasukkan Titit gue ke Memeknya dengan tangan kanan dan ya ampun nikmatnya baru kali ini Titit gue masuk ke dalam MEMEK, Annapun mendesah panjang keenakan.

"Mas, masukin terus ya sayang" kata Anna dan kudorong pantat gue sehingga Titit gue amblas masuk ke dalam Memek Anna yang sempit itu tapi sepertinya Memek Anna memang nggak begitu dalam jadi Tititku tak semuanya bisa masuk.

"Digoyang dong mas, biar tambah enak aaaahhh.... sayang" kata Asih maka pelan-pelan kugoyang pinggul gue memutar, gerakan gue masih kaku karena baru kali ini gue berhubungan seks, gue hanya mencontoh gerakan dari Blue Film yang sering gue tonton.

Setelah beberapa saat gue bergoyang memutar kemudian kutarik Titit gue dan kugerakkan keluar masuk. "aaaahh......eeenaaaak masss.…. terus dong……" Anna mendesah keenakan.

Mungkin karena baru pertama kali tak lama kemudian aku
udah ngerasa mau keluar, dan gue berbisik " Na gue udah mau keluar nih "

"Sebentar lagi mas aku juga udah mau keluar nih"

kugerakkan terus kontolku keluar masuk, tiba-tiba Asih menjerit
kecil sambil maju-mundur pinggulku sehingga Tititku amblas masuk ke dalam "aaagrhh... Masss... Anna keluar mas" rintih Asih.”

Dan kemudian croot.. manikupun juga keluar wah rasanya seperti diawang-awang deh. Sambil merasakan enaknya Memeknya Anna gue juga meremas-remas kedua susunya, saat itu gue rasakan Memeknya Anna mulai berdenyut-denyut sehingga Titit gue seperti diremas-remas hal ini berlangsung beberapa saat sampai Anna kemudian mengeluarkan air mani Titit gue dan meremas-remasnya sehingga rasanya sampai ke ubun-ubun.

Kemudian Anna menciumi bibirku sambil berkata "Makasih mas Titit mas enak sekali gede lagi" "Enakan mana sama mentimun tadi malam?” goda gue.”

"ah.. mas kok tahu ngintip ya? jelas enak punyanya mas, kan Titit
mas bisa bergerak-gerak hangat lagi kalau mentimun sudah harus
digerakkan, dingin lagi"

"makanya kalau besok ingin, ngajak mas aja ya jangan pakai mentimun lagi ya sayang..." "aaachh mas..."

Setelah itu gue sering bermain seks dengan Anna, kami melakukannya tengah malam dikamar Anna atau di kamar gue, sesekali kita melakukannya di gudang atau di kamar mandi.

Dan kita berdua menggunakan kode mentimun kalau ingin melakukannya, misalnya,

"Na kamu ingin mentimun nggak ? gitu kalau gue mengajaknya atau "Mas nanti malam minta mentimun ya" kalau Anna yang mengajak.

Sabtu, 21 Juli 2007

Pengalaman Mudaku Yang Menyenangkan

Cerita ini bukanlah pengalaman pribadi saya, saya hanya ingin membagi cerita ini dengan sesama Iheartsex .........

--------------------------------------------------------------------------

Namaku Yossi, Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik Tetanggaku sendiri. Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk kelas 3 SMP, aku tinggal di Tangerang. Tetanggaku itu bernama Angga dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Angga, ia sudah dianggap seperti papaku sendiri. Om Angga wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih tua dari aku, karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia Om Angga ketika itu sekitar 34 tahun. Selain tampan, Om Angga memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan sedikit bungkuk.

Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Keluar kota karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena aku dan Om Angga cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Angga yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Angga belum menikah, dia seorang karyawan perusahaan swasta. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah pulang kerja Om Angga santai. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli.

Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Angga berkata kepadaku, "Yossi... kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Yossi, Om periksa beneran, mumpung gratis".

Memang Om Angga pernah kuliah di farmasi, namun putus di tengah jalan karena kesulitan biaya kuliah.

"Ayoo...", sambutku dengan polos tanpa curiga.

Kemudian Om Angga mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.

"Nah Yossi, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang".

Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.

"Baik Om", kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.

Namun Om Bayu bilang, "Lho... Bra-nya sekalian dibuka dong.. biar Om gampang meriksanya".

Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka Bra-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.

"Wah... kamu memang benar-benar cantik Yoss...", kata Om Angga.

Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya tertunduk malu.

Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Angga mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Angga menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Angga mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.

"Waah... kulit kamu halus ya, Yoss... kamu pasti rajin merawatnya", katanya.

Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Angga. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Angga merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Angga benar-benar terasa lembut. Dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang dan terlena oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Angga menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih... baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Angga menghentikan usapannya. Dan aku kira... yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Om Angga bergerak ke arah kakiku.

"Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah...", katanya.

Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba tangan Om Angga masuk kedalam rok miniku sambil disingkapnya rok mini keatas dan menyentuh Memekku lalu meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku kaget setengah mati.

"Ih... Om kok celana dalam Yossi dibuka...?", kataku dengan gugup.

"Lho... kan mau diperiksa.. pokoknya Yossi tenang aja...", katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Angga penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Angga, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap Memekku yang masih mungil dan polos seperti anak bayi. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Angga mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hiii... aku jadi merinding rasanya.

"Ooomm...", suaraku lirih.

"Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat...", katanya sambil tersenyum.

Om Angga lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari tengahnya Om Angga menggelus-elus bibir Memekku dari bawah ke atas.

"Aahh... Oooomm...", jeritku lirih.

"Sssstt... hmm... nikmat.. kan...?", katanya.

Mana mampu aku menjawab, malahan Om Angga mulai meneruskan lagi menggelus memekku dengan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari.

"Ssstthh... aahh... Ooomm... aahh...", eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Memekku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.

Setelah Om Angga merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Angga bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii... rasanya jadi makin geli... apalagi ketika lidah Om Angga memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.

Kemudian Om Angga mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh... gila... tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Angga tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya berada tepat di depan Memekku dan Om Angga dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku. Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Angga. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Angga mulai menjilati bibir Memekku.

"Aaa... Ooomm...!", aku menjerit, walaupun lidah Om Angga terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat Memekku dan menjalar ke seluruh tubuhku. Namun Om Angga yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir Memekku, lalu lidahnya masuk ke dalam lubang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya. Lidah Om Angga mengait-ngait kesana kemari menjilat-jilat seluruh dinding Memekku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari Memekku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Angga terus melakukan aksinya dengan Hasrat yang bergelora. Aku hanya bisa mendesah-desah tidak karuan.

"Aahh... Ooomm... jaangan... jaanggann... teeerruskaan... ituu... aa... aaku... nndaak... maauu.. geellii... stooopp... nga tahaann... aahh!".

Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Angga dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Angga tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Angga benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Memekku sudah benar-benar banjir dibuatnya. Hal ini membuat Om Angga menjadi semakin bergairah, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot Memekku. Cairan lendir Memekku bahkan disedot Om Angga habis-habisan. Sedotan Om Angga di Memekku sangat kuat, membuatku jadi semakin kelonjotan.

Kemudian Om Angga sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir Memekku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Angga, rupanya Om Angga mengincar itil/clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya itil/clitorisku.

"Aahh...", tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pinggulku. Om Angga malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati itil/clitorisku sambil dihisap-hisapnya.

"Aa... Ooomm... aauuhh... aahh… !", desahku semakin menggila.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam Memekku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Angga yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot itil/clitorisku dengan kuatnya.

"Ooomm... aaah… !", tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Angga dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan kental dari Memekku banyak sekali, dan tampaknya Om Angga tidak menyia-nyiakannya. Disedotnya Memekku, dihisapnya seluruh cairan yang kental itu yang keluar dari Memekku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.

Om Angga kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Angga. Mula-mula Om Angga membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai Celana Dalam saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh Celana Dalamnya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Angga mulai menurunkan Celana Dalamnya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.

Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan Celana Dalamnya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Angga berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Angga. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 17 cm dengan lingkaran sebesar 3 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut TITIT laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Angga terhadapku dengan Tititnya itu.

Melihat ekspresi mukaku itu, Om Angga hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang Tititnya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala Tititnya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Angga kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Angga menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Om Angga.

Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, Tititnya tepat berhadapan dengan Memekku yang telah terkangkang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang Tititnya. Kemudian Om Angga menempatkan kepala Tititnya pada bibir Memekku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala Tititnya yang besar itu mulai dielus-elus di sepanjang alur bibir Memekku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa terlena dan Memekku terasa mulai mengembung montok. Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Angga itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Angga makin terangsang. Dengan mesra Om Angga memelukku, lalu mengecup bibirku.

"Gimana Yoss... nikmat kan...?", bisik Om Angga mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Angga dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.

Selanjutnya tangan Om Angga yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang Tititnya sambil dielus-elus di bibir Memekku. Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan Titit yang besar menyentuh bibir Memekku. Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Angga, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Titit Om Angga yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Angga sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala Tititnya mulai ditekan masuk ke dalam lubang Memekku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan Om Angga untuk menahan masuknya Tititnya itu, tapi Om Angga bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan Tititnya itu ditempelkan di bibir Memekku.

Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan Tititnya itu ditekan-tekan ke dalam lubang kewanitaanku, sampai kepala Tititnya sedikit masuk ke bibir dan lubang Memekku. Memekku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala Titit Om Angga ini masuk ke dalam lubang Memekku. Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Angga akan memasukan Tititnya ke dalam Memekku seperti apa yang dikatakan olehnya. Hujaman Titit Om Angga ini membuat Memekku terasa mengembang dan sedikit sakit. Seluruh kepala Titit Om Angga sudah berada di dalam lubang kewanitaanku dan selanjutnya Om Angga mulai menggerakkan kepala Tititnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi. Perasaan nikmat dan geli bercampur jadi satu mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat Memekku serasa penuh dan besar.

Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, "Ssshh... ssshh... aahh… ooohh... Ooomm... Ooomm... eennaak... eennaak… !"

Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Angga mendorong Tititnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan akupun menjerit karena terasa sampai pada bagian dalam Memekku oleh Titit Om Angga yang terasa membelah Memekku.

"Aadduuhh... saakkiiitt... Ooomm... sttooopp… sttooopp... jaangaan... diterusin", aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Angga, tapi sia-sia saja.

Om Angga mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan Titit Om Angga ke dalam liang Memekku. Tapi karena tangan Om Angga menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya Titit Om Angga lebih dalam ke liang Memekku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Angga membiarkan Tititnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.

"Om... kenapa dimasukkan semua… kan... janjinya hanya digosok-gosok saja?", kataku dengan memelas, tapi Om Angga tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja.

Aku merasakan Titit Om Angga itu terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam Memekku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya Titit Om Angga tersebut. Waktu Aku mulai tenang, Om Angga kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga Tititnya memompa Memekku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, "Ssshh... ssshh... ooohh... ooohh…" "Ssshh... ssshh... aahh… ooohh... Ooomm... Ooomm... eennaak... eennaak… !"

Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang begitu nikmat dan siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Angga ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari Memekku, menghantarkan rasa nikmat yang luar biasa yang belum pernah aku rasa menjalar ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.

Melihat keadaanku, Om Angga makin terangsang. Dengan gairahnya dia mengoyangkan pinggulnya maju-mundur menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang Tititnya terbenam dalam Memekku. Aku hanya bisa menggeliat keenakan karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa itil/clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang Tititnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan rasa nikmat dan geli yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Angga mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan Memekku berdenyut-denyut dan menghisap kuat Titit Om Angga, sampai akhirnya pada suatu saat Om Angga berbisik dengan sedikit tertahan.

"Ooohh... Yossss... Yosssiiii... aakkuu... maau... keluar!.. Ooohh... aahh... hhmm... ooouuhh!".

Tiba-tiba tubuh Om Angga menggejang kaku dan kemudian… cret... crett... crett… air mani/spermanya keluar tepat di dalam Memekku. Tangannya dengan lembut mengelus-elus pahaku.

"Aahh...", Om Angga mendesah panjang dan kemudian menarik napas lega.

Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.

"Terima kasih sayang...", bisik Om Angga dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat terlena terlelap di pelukan Om Angga.

Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Angga telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Angga, tentu saja aku malu mengatakannya. Aku hanya pura-pura ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya Om Angga menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks Om Angga.

TAMAT

--------------------------------------------------------------------------

Bagi yg ingin berkenalan dgn saya silahkan e-mail
di iheartsex.angga@gmail.com