Sabtu, 21 Juli 2007

Pengalaman Mudaku Yang Menyenangkan

Cerita ini bukanlah pengalaman pribadi saya, saya hanya ingin membagi cerita ini dengan sesama Iheartsex .........

--------------------------------------------------------------------------

Namaku Yossi, Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik Tetanggaku sendiri. Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk kelas 3 SMP, aku tinggal di Tangerang. Tetanggaku itu bernama Angga dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Angga, ia sudah dianggap seperti papaku sendiri. Om Angga wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih tua dari aku, karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia Om Angga ketika itu sekitar 34 tahun. Selain tampan, Om Angga memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan sedikit bungkuk.

Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Keluar kota karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena aku dan Om Angga cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Angga yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Angga belum menikah, dia seorang karyawan perusahaan swasta. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah pulang kerja Om Angga santai. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli.

Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Angga berkata kepadaku, "Yossi... kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Yossi, Om periksa beneran, mumpung gratis".

Memang Om Angga pernah kuliah di farmasi, namun putus di tengah jalan karena kesulitan biaya kuliah.

"Ayoo...", sambutku dengan polos tanpa curiga.

Kemudian Om Angga mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.

"Nah Yossi, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang".

Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.

"Baik Om", kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.

Namun Om Bayu bilang, "Lho... Bra-nya sekalian dibuka dong.. biar Om gampang meriksanya".

Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka Bra-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.

"Wah... kamu memang benar-benar cantik Yoss...", kata Om Angga.

Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya tertunduk malu.

Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Angga mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Angga menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Angga mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.

"Waah... kulit kamu halus ya, Yoss... kamu pasti rajin merawatnya", katanya.

Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Angga. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Angga merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Angga benar-benar terasa lembut. Dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang dan terlena oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Angga menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih... baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Angga menghentikan usapannya. Dan aku kira... yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Om Angga bergerak ke arah kakiku.

"Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah...", katanya.

Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba tangan Om Angga masuk kedalam rok miniku sambil disingkapnya rok mini keatas dan menyentuh Memekku lalu meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku kaget setengah mati.

"Ih... Om kok celana dalam Yossi dibuka...?", kataku dengan gugup.

"Lho... kan mau diperiksa.. pokoknya Yossi tenang aja...", katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Angga penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Angga, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap Memekku yang masih mungil dan polos seperti anak bayi. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Angga mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hiii... aku jadi merinding rasanya.

"Ooomm...", suaraku lirih.

"Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat...", katanya sambil tersenyum.

Om Angga lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari tengahnya Om Angga menggelus-elus bibir Memekku dari bawah ke atas.

"Aahh... Oooomm...", jeritku lirih.

"Sssstt... hmm... nikmat.. kan...?", katanya.

Mana mampu aku menjawab, malahan Om Angga mulai meneruskan lagi menggelus memekku dengan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari.

"Ssstthh... aahh... Ooomm... aahh...", eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Memekku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.

Setelah Om Angga merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Angga bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii... rasanya jadi makin geli... apalagi ketika lidah Om Angga memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.

Kemudian Om Angga mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh... gila... tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Angga tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya berada tepat di depan Memekku dan Om Angga dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku. Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Angga. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Angga mulai menjilati bibir Memekku.

"Aaa... Ooomm...!", aku menjerit, walaupun lidah Om Angga terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat Memekku dan menjalar ke seluruh tubuhku. Namun Om Angga yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir Memekku, lalu lidahnya masuk ke dalam lubang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya. Lidah Om Angga mengait-ngait kesana kemari menjilat-jilat seluruh dinding Memekku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari Memekku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Angga terus melakukan aksinya dengan Hasrat yang bergelora. Aku hanya bisa mendesah-desah tidak karuan.

"Aahh... Ooomm... jaangan... jaanggann... teeerruskaan... ituu... aa... aaku... nndaak... maauu.. geellii... stooopp... nga tahaann... aahh!".

Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Angga dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Angga tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Angga benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Memekku sudah benar-benar banjir dibuatnya. Hal ini membuat Om Angga menjadi semakin bergairah, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot Memekku. Cairan lendir Memekku bahkan disedot Om Angga habis-habisan. Sedotan Om Angga di Memekku sangat kuat, membuatku jadi semakin kelonjotan.

Kemudian Om Angga sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir Memekku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Angga, rupanya Om Angga mengincar itil/clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya itil/clitorisku.

"Aahh...", tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pinggulku. Om Angga malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati itil/clitorisku sambil dihisap-hisapnya.

"Aa... Ooomm... aauuhh... aahh… !", desahku semakin menggila.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam Memekku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Angga yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot itil/clitorisku dengan kuatnya.

"Ooomm... aaah… !", tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Angga dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan kental dari Memekku banyak sekali, dan tampaknya Om Angga tidak menyia-nyiakannya. Disedotnya Memekku, dihisapnya seluruh cairan yang kental itu yang keluar dari Memekku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.

Om Angga kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Angga. Mula-mula Om Angga membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai Celana Dalam saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh Celana Dalamnya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Angga mulai menurunkan Celana Dalamnya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.

Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan Celana Dalamnya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Angga berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Angga. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 17 cm dengan lingkaran sebesar 3 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut TITIT laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Angga terhadapku dengan Tititnya itu.

Melihat ekspresi mukaku itu, Om Angga hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang Tititnya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala Tititnya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Angga kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Angga menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Om Angga.

Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, Tititnya tepat berhadapan dengan Memekku yang telah terkangkang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang Tititnya. Kemudian Om Angga menempatkan kepala Tititnya pada bibir Memekku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala Tititnya yang besar itu mulai dielus-elus di sepanjang alur bibir Memekku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa terlena dan Memekku terasa mulai mengembung montok. Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Angga itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Angga makin terangsang. Dengan mesra Om Angga memelukku, lalu mengecup bibirku.

"Gimana Yoss... nikmat kan...?", bisik Om Angga mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Angga dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.

Selanjutnya tangan Om Angga yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang Tititnya sambil dielus-elus di bibir Memekku. Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan Titit yang besar menyentuh bibir Memekku. Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Angga, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Titit Om Angga yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Angga sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala Tititnya mulai ditekan masuk ke dalam lubang Memekku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan Om Angga untuk menahan masuknya Tititnya itu, tapi Om Angga bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan Tititnya itu ditempelkan di bibir Memekku.

Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan Tititnya itu ditekan-tekan ke dalam lubang kewanitaanku, sampai kepala Tititnya sedikit masuk ke bibir dan lubang Memekku. Memekku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala Titit Om Angga ini masuk ke dalam lubang Memekku. Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Angga akan memasukan Tititnya ke dalam Memekku seperti apa yang dikatakan olehnya. Hujaman Titit Om Angga ini membuat Memekku terasa mengembang dan sedikit sakit. Seluruh kepala Titit Om Angga sudah berada di dalam lubang kewanitaanku dan selanjutnya Om Angga mulai menggerakkan kepala Tititnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi. Perasaan nikmat dan geli bercampur jadi satu mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat Memekku serasa penuh dan besar.

Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, "Ssshh... ssshh... aahh… ooohh... Ooomm... Ooomm... eennaak... eennaak… !"

Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Angga mendorong Tititnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan akupun menjerit karena terasa sampai pada bagian dalam Memekku oleh Titit Om Angga yang terasa membelah Memekku.

"Aadduuhh... saakkiiitt... Ooomm... sttooopp… sttooopp... jaangaan... diterusin", aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Angga, tapi sia-sia saja.

Om Angga mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan Titit Om Angga ke dalam liang Memekku. Tapi karena tangan Om Angga menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya Titit Om Angga lebih dalam ke liang Memekku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Angga membiarkan Tititnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.

"Om... kenapa dimasukkan semua… kan... janjinya hanya digosok-gosok saja?", kataku dengan memelas, tapi Om Angga tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja.

Aku merasakan Titit Om Angga itu terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam Memekku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya Titit Om Angga tersebut. Waktu Aku mulai tenang, Om Angga kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga Tititnya memompa Memekku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, "Ssshh... ssshh... ooohh... ooohh…" "Ssshh... ssshh... aahh… ooohh... Ooomm... Ooomm... eennaak... eennaak… !"

Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang begitu nikmat dan siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Angga ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari Memekku, menghantarkan rasa nikmat yang luar biasa yang belum pernah aku rasa menjalar ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.

Melihat keadaanku, Om Angga makin terangsang. Dengan gairahnya dia mengoyangkan pinggulnya maju-mundur menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang Tititnya terbenam dalam Memekku. Aku hanya bisa menggeliat keenakan karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa itil/clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang Tititnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan rasa nikmat dan geli yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Angga mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan Memekku berdenyut-denyut dan menghisap kuat Titit Om Angga, sampai akhirnya pada suatu saat Om Angga berbisik dengan sedikit tertahan.

"Ooohh... Yossss... Yosssiiii... aakkuu... maau... keluar!.. Ooohh... aahh... hhmm... ooouuhh!".

Tiba-tiba tubuh Om Angga menggejang kaku dan kemudian… cret... crett... crett… air mani/spermanya keluar tepat di dalam Memekku. Tangannya dengan lembut mengelus-elus pahaku.

"Aahh...", Om Angga mendesah panjang dan kemudian menarik napas lega.

Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.

"Terima kasih sayang...", bisik Om Angga dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat terlena terlelap di pelukan Om Angga.

Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Angga telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Angga, tentu saja aku malu mengatakannya. Aku hanya pura-pura ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya Om Angga menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks Om Angga.

TAMAT

--------------------------------------------------------------------------

Bagi yg ingin berkenalan dgn saya silahkan e-mail
di iheartsex.angga@gmail.com

3 komentar:

allan mengatakan...

ai yosi,leh jg pengalaman km.knlin w ega.oh y dngr cerita u w jd sangenih kpn2 w leh main g ma u!bales di depan_belakangkena@yahoo.com

Unknown mengatakan...

Anak yh malang

Unknown mengatakan...

Anak yh malang